“Menampilkan fakta dan realita yang dikemas dengan unik demi mengajak pihak lain tergerak, mengamati, kemudian tertarik untuk membacanya lalu belajar, selanjutnya jadi mengerti, seterusnya jadi pintar hingga beradab sekaligus berkebudayaan.”
-Yuswantoro Adi, ‘Membaca’ (2020)
Peristiwa-peristiwa di akhir abad ke-20 merupakan axis pertumbuhan seni kontemporer Indonesia dan mendorong banyak perupa untuk merespon perubahan sosio-politik dalam negeri terutama di tahun 1970-1980-an. Peristiwa-peristiwa di era pembangunan ini berpuncak di tahun 1990-an dimana kita bisa melihat ragam seni rupa Indonesia yang di dominiasi karya seni ‘sadar sosial’.
Perupa kelahiran tahun 1950-1960an baru muncul ke depan panggung seni rupa Indonesia di 10 tahun terakhir abad ke-20. Dari sudut pandang sejarah, mereka adalah kontributor penting dalam pembentukan seni rupa dengan gaya yang tersendiri di tahun 1990-an yang merespon kepada karya-karya perupa pendahulu mereka.
Mereka meneruskan lini masa sejarah dengan sebuah pergeseranestetika yang tidak hanya bertujuan untuk menggulingkan dominasi nilai senimodern, tetapi juga menegaskan arah tujuan dan perkembangan seni kontemporerIndonesia seterusnya.
Pilihan karya dalam pameran ini yang direpresentasikan oleh 12 perupa kontemporer Indonesia dari satu generasi tentunya menampilkan persamaan konsep dan estetik. Dengan menampilkan karya mereka, kami menunjukkan kilasandalam sebuah titik penting di lini masa seni rupa Indonesia; sebuah peristiwa yang seperti diutarakan perupa Yuswantoro Adi, harus kita ‘baca’ dan tidak hanya lihat sekilas.
Arus Zaman menunjukkan gelombang generasi, dan juga bab-bab sejarah seni rupa yang ditulis dari sudut pandang generasional. Perjalanan perupa-perupa yang terdorong oleh perubahan sosio-politik yang pesat mengkonkretkan peran mereka sebagai pelopor dari generasi Indonesia yang mencari kebebasan, persatuan dan kesuksesan.